Perihal memahami dan dipahami...

Sebelum memahami orang lain, baiknya dimulai dari memahami diri sendiri lebih dulu

(unsplash)
(unsplash)

 Jangan berharap dipahami dalam hidup, tetapi pahamilah bahwa dalam kehidupan tidak semua hal mesti dipahami oleh kita yang terbatas.

Kisah kasih dalam batas, yang percaya silakan menyimak yang tidak percaya silakan dibiarkan saja, tidak ada yang memaksa untuk memahami atau tidak ada yang harus dipahami.

Itulah hati, terkadang sebatas derita saja harus disimpan dalam-dalam dalam keheningan hingga tak perlu lah orang banyak tahu. Karena ada hati yang lain yang bisa memenafaatkan.

Ah, tapi kisah kasih ini janganlah berakhir karena ada hati yang mencoba memanfaatkan hati yang sedang rapuh, bisa jadi hati yang jauh disana masih berharap ada kebaikan yang bisa dipahami. Bisa juga hati yang sedang dekat tidak ingin dipahami.

Semua cerita, semua kisah, semuanya dibalut dalam tenda duka dan tenda suka, ada yang sakit karena rindu, ada yang sakit karena terlalu mudah dipahami.

Berjalanlah dengan hati yang gembira, tinggalkan duka lara yang tiada artinya itu, biarkan bahagia menyelimuti hati kita hingga kita lupa bahwa ada duka dibalik suka.

Dalam kisah tersohor, banyak dikisahkan bahwa yang hidup dalam kedukaan adalah mereka yang larut dalam rasa cinta yang tak terbalaskan, betapa lemahnya Romeo bagi mereka yang tidak merasakan betapa berartinya orang terkasih dalam hidup seseorang.

Dalam pencarian ataupun keadilan hidup tidak ada yang bisa menjawab mana yang aman dan mana yang tidak aman, semuanya sama antara hati yang ingin dipahami dan yang tidak ingin.

Baiklah, semua terasa hambar saat sedih, baiklah juga, semua terasa manis saat sedang bahagia.

Mari dekatkan diri pada hidup yang damai tanpa perlu memahami dunia yang luas ini, karena harusnya fokus kita harusnya pada diri kita saja.

- Bryan Nakupenda


Post a Comment

0 Comments