JUMBO: Film Animasi Terbaik Indonesia yang Menggetarkan Hati dan Menghadirkan Kenangan

Review Film Animasi JUMBO: Kebanggaan Indonesia

Ulasan singkat dan jujur tentang film animasi Indonesia, JUMBO, yang membangkitkan kenangan masa kecil dan arti keluarga.

Tetiba kepikiran ingin memberikan review singkat setelah menonton Film Animasi Terbaik Indonesia yakni JUMBO. Mungkin sudah banyak review yang lebih keren di luar sana, apalagi sekarang medsos kek TikTok, Instagram, dan YouTube itu udah mudah untuk digunakan buat nyari tahu apa sih itu JUMBO, film seperti apa sih, ceritanya bagaimana dan bagaimana film tersebut bisa menjadi film animasi terbaik yang pernah lahir dari animator-animator Indonesia yang hebat-hebat.

Momen menonton Film Animasi JUMBO di bioskop

Sumber gambar: Instagram Visinema JUMBO

Kenapa JUMBO Menjadi Film Animasi Kebanggaan Indonesia

Review ini hanyalah sebuah kilasan balik dari bagaimana caraku bersyukur akhirnya Indonesia bisa bangkit dan ada film Indonesia yang bisa dibilang bisa mengalahkan Upin Ipin-nya negara tetangga, karena jujur aja masa kita kalah. Hohohoho.

Oke, beta sebenarnya sangat antusias saat mau menonton filmnya, apalagi filmnya sudah dilabeli animasi terbaik bahkan sebelum ditonton, ya, itu karena bukan satu atau dua animator saja yang terlibat dalam proyek ini, namun ada ratusan animator hebat asli Indonesia yang terlibat.

Pengalaman Pribadi Menonton JUMBO

Antusiasme ini membawa beta ajak dan secara kasar memaksa istri buat nonton. Otaknya beta sih pengen menikmati film ini berdua sama istri karena kalau mau bawa anak sih kayaknya studio Cinepolis Kupang bakal kacau sama bocil kesayanganku. Istri pertama kali menolak tapi setelah rayuan maut, dia luluh dan mau nonton.

Istri tidak suka animasi namun dipaksa menonton dan dipaksa untuk mengikuti alurnya. 98 menit berlalu, rasa bahagia dalam diriku muncul, bersyukur sekali bisa menonton dan menikmati karya luar biasa bernama JUMBO tersebut. Namun, sepertinya istri belum menikmati, it’s okay, it will take more time, maybe.

Visual, Cerita, dan Emosi dalam Film JUMBO

Secara visual dan looks beta sangat suka, mungkin kalau untuk cerita masih tergolong mudah ditebak, namun perlu diingat bahwa ini adalah sebuah film dari orang dewasa untuk anak-anak, bukan sebuah film berat kayak bertema percintaan, horor, atau kriminal. Dan kerennya bukan main, dari sinematografi yang diaplikasikan ke dalam film animasi, ciri khas karakter yang menurutku bisa membekas di hati setiap orang yang menontonnya.

Selain itu, pace filmnya masih lumayan bagus, tidak terburu-buru meski masih mudah ditebak, sound wah weh woh-nya juga keren sih. Salah satu favorit adalah bagaimana cerita sederhana dan suara backsound kece seperti ini dibuat dan bisa membuat meneteskan air mata. Ya, pasti ada yang tidak mau mengaku sih.

Pelajaran Hidup yang Diajarkan JUMBO

Tapi memang itu kenyataan. Ada yang menangis karena adegan para bocil tersebut saat menyanyikan sebuah lagu, dan menurutku itu part yang sangat membuat, nah, ini nih, rasa bahagia, suka duka bercampur menjadi sebuah rasa es campur yang tidak bisa ditebak.

Cerita yang sederhana namun membuat rasa bahagia dan bangga masuk ke dalam dirinya beta. Ya, bangga karena merasakan bagaimana waktu membuat kenangan indah saat masa kecil bisa dinikmati lewat film, bahkan sehabis menonton masih kepikiran kenapa rasa bahagia saat kecil dulu menjadi terpanggil kembali lewat film ini.

Refleksi Diri Setelah Menonton dan Pentingnya Peran Ayah dalam Kehidupan Anak

Realita hidup yang keras tidak menjadikan kita lupa bahwa kita pernah bahagia saat kecil dulu, entah itu karena bergembira bersama teman saat bermain, atau saat ngumpul dengan keluarga. Menurut beta, ini film membawa beta untuk tahu bagaimana menikmati waktu saat bersama keluarga.

Tidak ada yang lebih penting. Jiwa 32 tahun yang ada di beta pung diri beronta-ronta untuk, ya, harusnya bisa membuat banyak kenangan bersama anak yang beta miliki sekarang, bukan malah asyik menyibukkan diri.

Memang benar, bekerja untuk menghidupi keluarga, namun jangan sampai lupa kalau waktu bersama keluarga adalah yang paling berharga. Tidak usah banyak alasan, cukup pulang kerja langsung ke rumah dan bermain bersama. Buat kenangan sebanyak mungkin dan lihat bagaimana dia menjadi seorang yang tangguh dalam menghadapi kehidupan.

Menurut penelitian dari Flouri & Buchanan (2004) dengan judul jurnal Early Father's and Mother's Involvement and Child's Later Educational Attainment (British Journal of Educational Psychology), keterlibatan ayah pada masa kecil memprediksi pencapaian pendidikan lebih tinggi saat dewasa. Sehingga menjadi langkah yang amat sangat besar bagi seorang ayah jika mau mendampingi dan terlibat dalam setiap kegiatan anaknya sedari dini.

Baca juga: Antara Bahagia dan Kecewa: Belajar Ikhlas dari Pengalaman Hidupku

Penutup: Makna Besar dari Film JUMBO

Dari sini beta mengerti kenapa ketika kita menikmati masa kecil dan tahu bagaimana membahagiakan diri saat masa kecil, kita akan berusaha untuk membuat anak kita bahagia juga. Dan lewat JUMBO pesan ini tersampaikan dengan rapih.

Ya, tepat sasaran. Karena setiap karakter membawa perasaan itu tepat pada hari nuraninya beta. Meski beta sonde bisa menilai beta nih termasuk ayah yang terbaik versi orang-orang, tapi setidaknya lewat film ini beta akan berusaha jadi yang paling terbaik bagi beta pung anak.

Huhuhuhu.

Sedih rasanya, kalau mengingat bagaimana hidup mengubah beta yang sekarang.

But, it’s okay.

Waktu berjalan, waktu dinikmati.

Terima kasih JUMBO.

Film animasi terbaik yang bisa membawa suasana bahagia.

Semoga ke depannya bisa ada lagi film-film animasi hebat seperti JUMBO.

Rating dari beta mungkin 1000/10.

Hehehe terbaik pokoknya.

Poster Film Animasi Indonesia JUMBO

Sumber gambar: Poster resmi Film Animasi JUMBO

Oh, iya, sampai lupa.

Pada pertama kali nonton, istriku tidak terlalu ikut ceritanya, akhirnya dia pergi nonton lagi, karena penasaran dan pengen menikmati bagaimana ceritanya. Meski dia sonde suka animasi. Hehehe.

Semoga banyak pelajaran yang bisa dia dapatkan juga.

- Bryan Nakupenda

Post a Comment

0 Comments