Setiap orang pasti pernah dihadapkan pada keputusan yang terasa berat. Pada saat menulis puisi “Ceritaku Puisiku, Senang dan Disenangi” ini, saya sedang dalam masa dimana, kita sebut sebagai titik kebimbangan. Kek, hidup enggan matipun tak mau.
(unsplash/ engin akyurt)
Saya merasa sebuah kesempatan besar yang datang menghampiri—pekerjaan yang bisa mengangkat harkat dan martabat keluarga. Yah, harusnya sih saya ambil saja. Tapi entah mengapa, karena lagi pikiran apa, saya ragu. Saya menolaknya, dan penyesalan pun datang bak gelombang laut yang sedang mengamuk.
Mau duduk, kepikiran. Mau Berdiri, kepikiran. Mau nongkrong, kepikiran. Mau ngapain saja, kepikiran. Hadeh! Masa ini memang sangat menggangu saya, tapi mau bagaimana lagi, harus siap dengan keadaan.
Baca juga: Ceritaku Puisiku, Luar Biasa: Kisah Perjalanan Hidup yang Menginspirasi
Proses Lahirnya Puisi
Lalu puisi ini lahir. Lahir setelah melewati pergulatan hati antara ego dan pengorbanan. Antara apa yang aku mau dan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh orang-orang yang aku cintai. Dalam setiap baitnya, terselip harapan agar siapapun yang kelak membaca, bisa belajar memaknai pilihan—bahwa sometimes we lose, sometimes we won this life, kita tak perlu menjadi pemenang untuk menjadi bijak.
Makna di Balik Setiap Kata
Kalimat demi kalimat dalam puisi saya tulis dengan coba menggambarkan: tentang bagaimana kita sering kali egois tanpa menyadarinya, dan juga tentang bagaimana terkadang keikhlasan datang dari ketidaktahuan. 'Langit' dalam puisi ini menjadi metafora dari keheningan dan kesabaran. Ia tetap memberikan cahaya meski sering dilukai. Seperti itulah kadang kita perlu bersikap.
Kini, semuanya telah menjadi bagian dari cerita yang dikenang. Mungkin memang tidak semua kesempatan harus diambil. Bisa jadi. Beberapa memang datang untuk menguji kita, bukan untuk kita genggam. Tapi satu hal yang pasti: waktu akan mengajarkan kita tentang makna dari semua keputusan itu.
Ceritaku Puisiku, Senang dan disenangi
Manakah yang lebih kau sukai?
Semua pilihan ini ada di dirimu wahai sobat
Jika pilihan ini terasa berat, jadilah tegar dan jangan egois
Tidak, oh, itu bukan pilihan yang sulit bagimu ya
Semudah membalik telapak tangan
Kau berpaling dari semua kisah
jangan kau paksakan juga pilihan yang aku ambil teman
ingat, banyak kisah yang terbuang
Egoku dan egomu tidak setinggi itu
Lihatlah, langit tetaplah langit
Sekalipun kita sering menyakiti langit
Ia tak membalasnya
Ia memberikan waktu untuk kita berbenah
Karena ketika ia menjadi murka maka kitalah yang akan bernasib sial
Biar kau yang memutuskan, karena kamu yang memulai
Aku kan bersantai sejenak
Jika yang kau pilih adalah yang terbaik menurutmu
Aku akan mengikuti,
- Bryan Nakupenda
Baca juga: Ceritaku Puisiku, Kita dan Bahagia: Menemukan Kekuatan dalam Perjuangan Hidup
Penutupan: Makna Setiap Pilihan
Setiap pilihan dan keputusan dalam hidup kita memang tidak selalu mudah. Namun, lewat puisi ini, saya ingin mengajak kita semua untuk melihat bahwa setiap momen, baik yang ringan maupun berat, memiliki hikmah dan ceritanya tersendiri. Tak ada yang sia-sia, bahkan penyesalan sekalipun.
Jika kamu yang membaca tertarik dengan kisah dan perasaan yang dituangkan dalam puisi ini, jangan ragu untuk melanjutkan membaca “Ceritaku Puisiku” lainnya. Setiap puisi menyimpan cerita, pelajaran hidup, dan refleksi yang bisa kita ambil bersama. Jangan lewatkan juga artikel-artikel menarik lainnya di blog saya, yang penuh dengan kisah inspiratif, review, hobi, dan perjalanan kehidupan. Teruslah mengikuti dan temukan lebih banyak cerita yang bisa memberi makna baru dalam hidupmu.
- Bryan Nakupenda

0 Comments
Silakan berkomentar secara bijak atau sesuai topik pembahasan...