Cerita Beta, Kuasa dan Kebaikan

 Dua minggu awal tahun ini berasa flat aja, biasanya ada tantangan hidup atau paling tidak ada suatu kendala, tetapi kali ini beta bisa sedikit lebih santai sih. Ehh.. tapi di minggu ketiga sudah datang aja nih kendala hidup. Tapi yo, harus tetap disyukuri dan dihapai dengan kepala dingin.

(sebuah artwork pribadi)

Banyak orang sekitar yang kehilangan orang-orang  tercinta mereka dan terasa sekali juga di beta pung hidup, seberapa besar kita berbuat bak tentu ada timbal baiknya, missal kita berbuat baik tentu diakhir hidup kita, kita akan diingat atas perbuatan baik yang telah kita perbuat.

Sama juga halnya dengan jika kita berbuat jahat, atau seringlah kita menyakiti hati orang tentu kita akan dikenal bahkan dibenci orang-orang hingga ajal tiba. Sedih? Tentu saja, hidup keras di dunia ini seperti itu keadaannya.

Hidup ini lebih banyak kerasnya daripada lembeknya, dan menjadikan kita berproses dan berproses menjadi manusia yang lebih baik, beta ingat dengan jelas sekali, beta berbuat baik pada orang sekitar beta tapi masih saja beta dibalas dengan jahat.

Dari situ beta belajar, terkadang berbuat baik itu perlu, tetapi haruslah melihat sikonnya, kalau berbuat baik namun kalau pada akhirnya kita yang juga dirugikan yah lebih baik tidak usah, sekali-kali jadi apatis itu juga bagus kok.

Terkadang ada juga yang merasa kebaikan seseorang itu menjadi sebuah celah untuk mendapatkan keuntungan baginya, karena itu beta bilang, baik itu perlu melihat sikonnya, terlalu baik pun akan dimanfaatkan. Dan ketika semua kebaikan kita yang menurut kita adalah pantas kita lakukan malah disalahgunakan, yah pada akhrinya kita sendiri yang rugi, kan.

Seperti buah simalakama, kebaikan dan sikap jahat itu ada dua konsekuensinya, jangan berharap orang akan membalas kebaikan dengan kebaikan, jangan berharap juga perbuatan jahat dibalas dengan kebaikan, karena semua itu hanyalah sebuah omong kosong dalam realitanya.

Bicara hati ke hati, bicara ceplas ceplos, semua itu hanyalah kenyataan yang membuat seserang bisa berubah menjadi baik atau malah berubah menjadi lebih angkuh. Apalagi kalau bahasannya mengenai isi perut, selalu saja ada yang merasa benar dan tidak mau mengalah. Sungguh lucu.

Adapun orang yang merasa dia sangat berkuasa atas segala resiko kehidupan orang, loh, bukannya itu malah terlihat seperti pengecut, sebuah perbuatan yang melanggar aturan tentu bisa ditegakan dengan aturan juga, bukannya menjatuhkan orang dengan merasa paling berkuasa.

Apakah karena diberi kuasa sehingga merasa bahwa dirinyalah yang bisa membuat semua orang disekitar menjadi orang lemah, harus tunduk untuk segala hal yang keluar dari bibir mulutnya, ingat, bahwa sehebat apapun pemimpin belum tentu dia bijak dalam mengayomi, itulah sebabnya masa muda sebaiknya dipakai untuk belajar menjadi pemimpin, sehingga tidak gagal ketika diberi kuasa.

Hmm… makin lama makin aneh saja orang-orang yang diberi kuasa ini, makin aneh juga nih arah pembicaraan, semoga tidak menyimpang hati ini, biarlah semua perbuatan jahat menjadi pelajaran untuk beta pelajari, hingga suatu saat nanti ketika telah mendapatkan pemimpin tidak melakukan kesalahan bodoh.

Bryan Nakupenda


Post a Comment

0 Comments