Pagi-pagi kepala sudah menegadah ke atas langi, menatap sang biru penuh angan-angan. Berharap sebuah perpisahan tak terjadi antara kita. Ya, itu yang ada dipikiranku sejak terbangun tadi. Adakah hati yang bisa menetap selamanya? Hmm…
Kisah kita telah usai? Oh, tentu
tidak, mari kita bangun rasa percaya dalam hati untuk menjadi sebuah tim yang
hebat. Jangan menyerah dalam hidup, banyak sekali perbedaan dalam diri kita
masing-masing namun bukan berarti kita menjadi individual dalam kehidupan.
Sensei Barnabas nDjurumana, diapit para juara |
Ada yang pemalas, ada yang
pekerja keras, ada yang mudah rapuh, ada yang semangatnya selalu membara, dari
karakter tersebut harus menjadi tim yang solid. Namun, tantangan sebenarnya
bukanlah itu semua, tantangan sebenarnya adalah bagaimana meyakinkan ‘Sang
Pendiri Perkemi NTT’ Sensei Barnabas nDjurumana, bahwa kami layak dan pantas
untuk mengikuti kejuaraan dunia.
Ya, ada banyak kesalahan yang
telah kami buat terlebih dahulu, kami gagal mengemban tugas dan tanggung jawab
yang telah beliau berikan pada kami. Padahal memang tugas kami sebenarnya mudah
jika kami sudah meniatkan itu, yakni membangun sebuah dojo sebagai bukti kami
adalah ahli waris paling berharga Shoriniji Kempo Nusa Tenggara Timur.
Dalam pagi yang masih sunyi itu,
kami ber-enam belas kenshi yang diam-diam telah siap maju menghadap beliau di
kediamannya untuk dimarahi, dicaci, dihina bahkan dipukul. Pagi itu kami
mendatanginya sebelum jadwal olahraga paginya.
Perasaan campur aduk bercampur
tatkala kami bertemu beliau dan beliau meminta kami mengklarifikasikan kenapa
hanya beberapa dari kami yang telah membangun sebuah dojo, sedangkan
sebagiannya tidak.
Setelah mendengar penjelesan
panjang lebar dari kami yang memakan waktu hamper dua jam itu, beliau tetap
kekeuh untuk tidak mengijinkan kami karena ketidakdisiplinan kami, kami memakai
semua bujuk rayu bahkan segala trik dalam penjelasan kami serta alasan-alasan
yang logis namun tetap, hati sang pendiri tidaklah berubah.
Pembicaraan yang memakan banyak
waktu itu pun berakhir sia-sia, namun ada satu yang menjadi pelajaran penting
bagi kami yakni beliau ingin kami bertanggung jawab bukan hanya lewat kata-kata
namun juga lewat tindakan, tetap berpegang teguh pada apa yang diucapkan, tidak
mudah menyerah dan jangan putus asa.
Kami pun berusaha untuk tetap
bisa mengikuti kejuaraan tersebut kali ini lewat salah seorang pelatih kami,
Sensei Alfons Theodorus, namun jalan yang kami jalani hampir dikarenakan beliau
juga tetap taat pada apa yang sang pendiri inginkan meski sebenarnya beliau
ingin semua yang mendatanginya untuk ikut kejuaraan tersebut.
Akhirnya dengan kekuatan doa, dan
kekuatan kebersamaan kami, yakni kami dengan sedikit memaksa utnuk bertemu
secara langsung pertemuan dengan Ketua Umum Perkemi NTT, Sang Pendiri dan para
pelatih yang bakalan terlibat dalam persiapan tersbut.
14 Februari 2017, menjadi saksi
perjuangan kami untuk bisa bertanding di Kejuaran Dunia Shorinji Kempo di
Amerika Serikat setelah serangkaian polemik, hati sang pendiri luluh dan
memberikan kami ijin namun dengan syarat tetap mendirikan sebuah dojo sebagai
tanda bahwa apa yang kami dapatkan tidak hilang dan lenyap ditelan bumi namun
harus dibagikan kepada generasi penerus pengganti kami kelak.
Penuh derai airmata pertemuan
ini, meski harus melewati berbagai argumentasi yang panjang namun ketika apa
yang kau bicarakan dengan Tuhan tentu pasti akan menjadi mungkin sekalipun
tidak mungkin dari manusia.
Dan tim yang siap untuk mengikuti
pelatihan ke kejuaraan dunia Amerika Serikat pun terbentuk dengan tetap
memegang janji. Dari kejadian ini kami belajar bahwa sebagai seorang kenshi
haruslah memegang kata-katanya, utamakan sikap bushido dan jangan ingkar janji
pada siapapun apalagi pada Tuhan.
Karena setiap apa yang kita
lakukan, atau apa yang kita ucapkan ada konsekuensinya dalam kehidupan kita.
Terima kasha Sang Pendiri, Sensei Barnabas nDjurumana.
Bryan Nakupenda
0 Comments
Silakan berkomentar secara bijak atau sesuai topik pembahasan...